Jumat, 28 September 2012

Tester Yang Profesional

Sebagai seorang lulusan sarjana psikologi, kita sering dituntut oleh pihak pengguna jasa -seperti perusahaan- untuk terampil dalam tidak hanya dalam melaksanakan serangkaian pemeriksaan psikologi -yang biasa dikenal dengan istilah psikotest- sekaligus menginterpretasikannya.

Namun sebagaimana kode etik yang telah ditetapkan, bagi seorang lulusan sarjana psikologi tidak diperbolehkan untuk melakukan dua kegiatan tersebut di atas, karena hanya seorang psikolog saja yang diperbolehkan melakukannya. Namun tidaklah disalahkan apabila seorang sarjana psikologi melakukan serangkaian pemeriksaan psikologi asalkan ada seorang psikolog yang memandunya. Sedangkan untuk menginterpretasi hasilnya tetap tidak diperbolehkan.

Hampir semua mahasiswa jurusan psikologi tentunya pernah menjalani beberapa pemeriksaan psikologi, yang tentunya disesuaikan dengan mata kuliah yang diambil pada saat itu. Sebagian mahasiswa juga pernah mengambil peran sebagai tester di kelas. Namun apa yang dilakukan di kelas ternyata masih jauh dari kualitas tester yang sesungguhnya.

Hal yang paling mendasar ketika seorang tester akan memberikan serangkaian tes adalah memberikan prolog terlebih  dahulu yang berisi siapa saja tim tester, untuk tujuan apa, apa harapan tester kepada testee, bagaimana aturan-aturan yang harus dijalankan testee selama pelaksanaan pemeriksaan psikologi berlangsung. Hal yang paling penting dalam penyampaian prolog adalah bagaimana membuat (para) testee merasa tenang sehingga menimbulkan perasaan yang positif dalam diri testee sehingga mampu mengerjakan secara optimal, seperti ucapan berikut ini :

"Persoalan yang disajikan beraneka ragam, ada yang berupa kalimat, hitungan, menggambar dan sebagainya, namun semuanya akan dijelaskan terlebih dahulu sehingga Saudara dapat mengerjakannya dengan baik. Saudara tidak perlu merasa khawatir, untuk pemeriksaan psikologi ini tidak diperlukan persiapan apa-apa, karena pada dasarnya setiap dapat mengerjakannya dengan baik"

Selain hal itu, seorang tester juga harus memperhatikan beberapa aspek dalam pelaksanaan pemeriksaan psikologi, yaitu :
1. Lingkungan fisik, meliputi ruang pemeriksaan, instruksi pemeriksaan, cahaya ruangan, ventilasi, suhu, kelembaban ruangan, setting ruangan, permukaaan tempat mengerjakan.
2. Kondisi testee, meliputi kondisi psikologis, kondisi fisik.
3. Tester dan observer mengerti tugas dan tanggung jawabnya.
4. Penampilan dan perilaku tester dan tim nya.

Pada setiap sesi instruksi, disarankan tester membuat contoh di papan tulis, termasuk bagaimana cara menjawab, guna membantu testee dalam memahami apa yang diinstruksikan oleh testee sehingga tidak terjadi kekeliruan. Kekeliruan yang dilakukan testee merupakan kesalahan tester dan hal ini akan menjadi pekerjaan tambahan bagi tester.

Kecepatan kerja seorang tester pun sangat diperlukan, sehingga waktu yaang dipergunakan dalam pemeriksaan psikologi bisa optimal. Bayangkan apabila tester memerlukan waktu lama dan terkesan kurang sigap, cekatan dan terampil dalam pelaksanaan pemeriksaan psikologi seperti pemberian soal dan lembar jawaban, pengambilan soal dan lembar jawaban yang telah dikerjakan, dan seterusnya; tentunya tester terlihat kurang profesional dan testee akan memberi penilaian yang kurang baik dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan psikologi testee.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar