Senin, 29 Oktober 2012

Validitas

Pada pertemuan ke 6 mata kuliah ini, tidak banyak yang dibahas, kami hanya membahas tentang pengertian validitas.
Validitas adalah sejauh mana instrumen tersebut mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur.
Validitas terbagi atas :
- Validitas isi adalah sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan tes yang akan diukur.
- Validitas konstrak adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengukur trait/konstruk teoritik yang akan diukur.

Validitas berdasarkan kriteria, dimana validitas suatu tes diperlihatkan oleh adanya hubungan skor pada tes bersangkutan dengan skor suatu kriteria.

Materi yang dibahas pada pertemuan ini memang tidak terlalu banyak, karena pada awalnya sempat terjadi perbedaan argumen di kelas yang menyita waktu perkuliahan cukup lama. Perbedaan arrgumen ini terjadi karena adanya perubahan-perubahan yang sifatnya mendadak, dimana pada awal-awal pertemuan dikatakan oleh dosen utama bahwa setiap kelompok diberi  tugas untuk membuat proposal tugas proposal dari bab I sampai bab III, dimana pada saat UTS nanti akan dilakukan tes komprehensif secara lisan. Ternyata aturan seperti itu tidak diperbolehkan oleh fakultas sehingga tugas tersebut tetaplah sebuah tugas kelompok dan UTS tetap ada. Sempat terjadi keributan kembali bahwa tugas proposal yang harus diselesaikan adalah bab I sampai dengan pembuatan validitas (bab IV). Dan setelah melalui aduu argumen yang cukup lama, dan Ibu Lola sebagai dosen pengganti, yang juga sekaligus sebagai mediator antara mahasiswa dengan dosen utama, akhirnya mengatakan bahwa tugas tetap bab I, dan UTS open book.

Selain hal tersebut, sempat dikeluhkan pula mengenai tugas pembuatan blog, dimana ada mahasiswa yang merasa tugasnya menjadi double, selain membuat proposal juga harus membuat blog, dimana mahasiswa tersebut merasakaan bahwa tidak ada hubungannya antara mata kuliah konstruksi alat ukur dengan pembuatan blog. Sebagian lagi merasakan bahwa tidak adda waktu untuk membuat blog.

Yah, itulah dinamika kelasku pada saat itu. Semoga langkah kedepannya menjadi lebih baik lagi dalam mensikapi persoalan. Dan saya berharap dosen utama juga lebih sering datang ke kelas, menyampaikan ilmu yang dimiliki, serta melakukan dialog secara terbuka dengan mahasiswa.

Minggu, 30 September 2012

Taksonomi

Pada pertemuan ke 3 ini, di kelas membahas tentang taksonomi sasaran penndidikan.

Konsep taksonomi sasaran pendidikan dalam ranah kognitif yang dikemukakan oleh Bloom (1956) meliputi 6 tingkat, yaitu :
1. Pengetahuan, pengenalan, yaitu dapat mengenal, mengingat dan mereproduksi bahan pengetahjuan atau pelajaran yang pernah diberikan.
contoh : Siswa mampu membedakan antara binatang liar dan binatang jinak.

2. Pemahaman, yaitu memahamimateri atau gagasan yang diberikan. Siswa tahu apa yang disampaikan dan dapat menggunakan materi/gagasan yang diberikan, tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihat implikasinya.
contoh : Siswa mampu membedakan antara binatang ternak dan binataang piaraan di dalam rumah, serta dapat menjelaskan mengapa mereka berbeda.

3. Penerapan, yaitu menggunakan hal-hal yang abstrak dalalm situasi yang khusus dan konkret.
contoh : Siswa memilih mana binatang yang paling cocok untuk dirinya, dan orang-orang di sekitarnya.

4. Analisis, yaitu menguraikan suatu materi atau bahan yang diberikan menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga kedudukan atau hubungan antarunsur atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas.
contoh : Siswa mampu menggolong-golongkan macam-macam jenis binatang kesayangan menjadi 4 jenis, yaitu ikan, anjing, kucing, dan burung.

5. Sintesis, yaitu menghimpun atau menyusun unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga membentuk keseluruhan; proses bekerja dengan bahan-bahan, unsur-unsur, dan menyusun atau menggabungkannya menjadi pola atau struktur tertentu.
contoh : Karena keadaan lingkungan yang tidak mendukung, siswa mampu mencari solusi atas masalah binatang peliharaan di rumah.

6. Evaluasi, yaitu memberi pertimbangan mengenai niilai dari bahan dan metoda-metoda untuk tujuan tertentu. Biasanya dengan emnggunakan patokan atua tolok ukur penilaian. Patokan ini dapat diberikan oleh guru atau ditentukan sendiri oleh siswa.
contoh : Siswa mampu memberi pertimbangan mengenai binatang mana yang merupakan binatang piaraan terbaik dan mengapa; Siswa mampu memberi pertimbangan mengapa perencanaan pertumbuhan populasi binatang piaraan itu perlu.

Sejujurnya saya masih  bingung dengan mata kuliah ini, karena tujuan akhir dari mata kuliah ini adalah siswa mampu membuat alat ukur, namun yang saya pelajari adalah tidak berbeda dengan mata kuliah PAUD dan Psikologi Pendidikan. Hal ini membuat saya bertanya-tanya "Kemana sebenarnya arah mata kuliah ini? dan Bagaimana SAP (Satuan Acara Perkuliahan) nya?". Ini adalah sedikit "hiruk-pikuk" perkuliahan kelas karyawan.

Semoga kedepannya akan lebih baik lagi.

Jumat, 28 September 2012

Tester Yang Profesional

Sebagai seorang lulusan sarjana psikologi, kita sering dituntut oleh pihak pengguna jasa -seperti perusahaan- untuk terampil dalam tidak hanya dalam melaksanakan serangkaian pemeriksaan psikologi -yang biasa dikenal dengan istilah psikotest- sekaligus menginterpretasikannya.

Namun sebagaimana kode etik yang telah ditetapkan, bagi seorang lulusan sarjana psikologi tidak diperbolehkan untuk melakukan dua kegiatan tersebut di atas, karena hanya seorang psikolog saja yang diperbolehkan melakukannya. Namun tidaklah disalahkan apabila seorang sarjana psikologi melakukan serangkaian pemeriksaan psikologi asalkan ada seorang psikolog yang memandunya. Sedangkan untuk menginterpretasi hasilnya tetap tidak diperbolehkan.

Hampir semua mahasiswa jurusan psikologi tentunya pernah menjalani beberapa pemeriksaan psikologi, yang tentunya disesuaikan dengan mata kuliah yang diambil pada saat itu. Sebagian mahasiswa juga pernah mengambil peran sebagai tester di kelas. Namun apa yang dilakukan di kelas ternyata masih jauh dari kualitas tester yang sesungguhnya.

Hal yang paling mendasar ketika seorang tester akan memberikan serangkaian tes adalah memberikan prolog terlebih  dahulu yang berisi siapa saja tim tester, untuk tujuan apa, apa harapan tester kepada testee, bagaimana aturan-aturan yang harus dijalankan testee selama pelaksanaan pemeriksaan psikologi berlangsung. Hal yang paling penting dalam penyampaian prolog adalah bagaimana membuat (para) testee merasa tenang sehingga menimbulkan perasaan yang positif dalam diri testee sehingga mampu mengerjakan secara optimal, seperti ucapan berikut ini :

"Persoalan yang disajikan beraneka ragam, ada yang berupa kalimat, hitungan, menggambar dan sebagainya, namun semuanya akan dijelaskan terlebih dahulu sehingga Saudara dapat mengerjakannya dengan baik. Saudara tidak perlu merasa khawatir, untuk pemeriksaan psikologi ini tidak diperlukan persiapan apa-apa, karena pada dasarnya setiap dapat mengerjakannya dengan baik"

Selain hal itu, seorang tester juga harus memperhatikan beberapa aspek dalam pelaksanaan pemeriksaan psikologi, yaitu :
1. Lingkungan fisik, meliputi ruang pemeriksaan, instruksi pemeriksaan, cahaya ruangan, ventilasi, suhu, kelembaban ruangan, setting ruangan, permukaaan tempat mengerjakan.
2. Kondisi testee, meliputi kondisi psikologis, kondisi fisik.
3. Tester dan observer mengerti tugas dan tanggung jawabnya.
4. Penampilan dan perilaku tester dan tim nya.

Pada setiap sesi instruksi, disarankan tester membuat contoh di papan tulis, termasuk bagaimana cara menjawab, guna membantu testee dalam memahami apa yang diinstruksikan oleh testee sehingga tidak terjadi kekeliruan. Kekeliruan yang dilakukan testee merupakan kesalahan tester dan hal ini akan menjadi pekerjaan tambahan bagi tester.

Kecepatan kerja seorang tester pun sangat diperlukan, sehingga waktu yaang dipergunakan dalam pemeriksaan psikologi bisa optimal. Bayangkan apabila tester memerlukan waktu lama dan terkesan kurang sigap, cekatan dan terampil dalam pelaksanaan pemeriksaan psikologi seperti pemberian soal dan lembar jawaban, pengambilan soal dan lembar jawaban yang telah dikerjakan, dan seterusnya; tentunya tester terlihat kurang profesional dan testee akan memberi penilaian yang kurang baik dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan psikologi testee.